Sabtu, 15 November 2014

Day by day

Page 3


     Sebenarnya, aku tak habis pikir bahwa hal ini akan terjadi. Bahwa hari-hariku akan berubah..


 Miho


     Aku benar-benar tidak mengerti orang ini. Dia telah membuatku penasaran dan ia hanya mengatakan "yang harus kau lakukan adalah.. ikuti aku dulu". Gimana ndak gregetan jadinya. Dan begitulah, saat pulang sekolah aku mengikutinya terus sampai kami sampai di jalan dimana kami bertemu tadi pagi. Wait! Kenapa jalanan ini agak rame ya?
     "Mau kesana?", mendengar itu aku hanya menganggukan kepala.
.
.
.
.
.
     "Permisi pak, ada apa ya disini?" Igarashi senpai bertanya pada salah seorang pejalan kaki.
     "Saya kurang tahu nak, tapi ada yang bilang kalau ada truk yang menabrak seorang siswi tadi pagi."
     "Kalau boleh tahu, siswi itu dibawa kemana ya pak?"
     "Soal itu bapak juga tidak tahu."
     "Oh.. begitu. Terima kasih pak."
     "Kau dengar itu?"
     "Iya.. jangan-jangan korban itu adalah aku." Tubuhku mulai bergetar, aku sangat takut. Jika kecelakaan itu benar-benar terjadi padaku, bagaimana keadaan tubuhku? Keluargaku bagaimana??"
     "Semua akan baik-baik saja" seperti sebuah mantra, kalimat itu membuatku merasa tenang. Mungkin,senpai membaca pikiranku tadi.
     "Aku mau cari tubuhku dulu, boleh??" Tanyaku penuh harap.
     "Yah.. apa boleh buat. Tapi mau cari kemana, kita harus cepat-cepat."
     "Aku tau kok, orang tuaku pasti membawa tubuhku kesana."
    Aku langsung menuntun senpai ketempat itu. Rumah Sakit Togashi, rumah sakit terlengkap, termewah, dan terpopuler di distrik ini.
Biasanya sih orang yang pertama kali ke sini akan terkagum kagum, tapi tak berlaku untuk Igarashi senpai, orang yang berwajah flat ini..
      Setelah mencari namaku di daftar pasien di Receptionist desk, kami langsung menuju kamar pasien atau lebih tepatnya kamarku dirawat.
     "Jadi namamu Miho Suzuran?" Senpai memulai pembicaraan. Yah, setidaknya suasana jadi tidak sepi.
     "Iya" jawabku singkat, padat, dan jelas.
     "Kudengar kau ketua.." tiba-tiba senpai berhenti bicara saat ada suster melewati kami. Kenapa ya? Ah.. aku tau! Pasti senpai tak mau terlihat seperti orang aneh yang bicara dengan tembok di lorong rumah sakit. Itu sangat memalukan, malu nak! Malu!
     ".... pemandu sorak, benarkan?" Ia melanjutkan.
     "Iya, darimana senpai tau?"
     "Ketua sebelumnya kenapa?, dia belum lulus sekolah kan." Tanpa menghiraukan pertanyaanku,senpai malah buat pertanyaan lagi.
     "Kudengar Tamae-san sedang sakit parah, dan tidak bisa sekolah untuk sementara waktu. Jadi.. aku yang menggantikan posisinya"
     "Oh.. begitu"
Kenapa senpai ingin tahu ya ? Apa senpai naksir Tamae-san? Tamae Kazehana? Gadis yang dikenal sebagai putri berambut putih panjang, tinggi, dengan mata berwarna biru indah bagai berlian, baik hati dan tidak sombong. Siapa yang ndak naksir coba?!
      Kamar 101, nomer cantik bukan? Tapi nama yang tertera membuatku merinding.
    "Yakin mau masuk?"
    "Senpai.. aku.. Ah, forget it. Ayo masuk." Maunya sih aku tak mau masuk ke kamar di mana tubuhku terbujur kaku di tempat tidur.
.
.
.
.
.
     Sudah kuduga.. sudah kuduga aku tak sanggup melihat tubuhku sendiri. Tubuh yang penuh perban di kepala, tangan, dan kaki kayak mumi. Pasti lukaku sangat parah...
    "Ayo pergi.." kataku spontan.
    "Kau yakin mau pergi sekarang?"
    "Kalau aku diam disini terus, aku tak bisa kembali kan?" Kukeluarkan senyum terbaikku pada senpai. Senyum untuk menutupi air mataku..
.
.
.
.
.
     Senpai mengajakku melewati taman, menyusuri gang kecil dan menyebrangi KUBURAN. Yah.. daripada Mendaki gunung, melewati lembah. Kapan nyampenya coba!!!???
    "Sudah sampai.." suara senpai membuyarkan lamunanku.
     Oh yes!! Akhirnya sampai! Aku sudah lelah dengan seharian lari dan jalan jauh, aku kan wanita yang ingin dicinta!!
     Mataku terbelalak saat melihat tempat yang kami kunjungi. Sambil mengatur napas yang sudah berantakan, mataku tak bisa berhenti melihat rumah yang bentuknya seperti rumah penyihir ala cerita dongeng.
.
.
.
     Senpai mengajakku masuk kedalam rumah penyihir ini. Aku mau diapain nih?
    "Permisi? Lili? Ini Touya, aku masuk ya"
     Lili? nama yang manis, orangnya seperti apa ya? Mungkin cantik seperti namanya. Seperti menjawab pertanyaanku, tiba-tiba di belakang terasa aura yang tajam dan 2 tangan yang langsung menyentuhku.
    "Mencariku?" mendengar suara itu tubuhku jadi kaku. Aku mendengar suara wanita yang berat dan agak serak-serak basah.
    "Lili, kau darimana saja? jangan takut-takuti dia seperti itu, gadis ini akan jadi pelangganmu." senpai menjelaskan maksud kedatangan kami kepada orang yang bernama Lili ini.
     Masih dalam keadaan yang sama, aku perlahan-lahan melihat sosok yang sedari tadi memegang pundakku. Wanita cantik seperti dugaanku kah? WHA.. WHAT?! kata-kata inilah yang terbayang di benakku saat melihat nenek tua berambut putih ubanan dipusung dan membawa tongkat ini, semua hal yang kuduga dari tadi ternyata salah besar!!